Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang cukup familiar dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya di daerah Jogja. Masyarakat Jogja lebih memilih sepeda motor sebagai penunjang mobilitas sehari-hari karena dirasa cukup efektif dimana nilai ekonomisnya dan juga kondisi jalan raya yang tidak terlalu lebar. Setiap tahun pengguna sepeda motor di Jogja semakin mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bertambahnya pendatang, baik yang menetap atau hanya tinggal sementara, menjadi salah satu faktor meningkatnya sepeda motor.Hal ini tentunya memberi konsekuensi terhadap semakin meningkatnya terjadinya kecelakaan sehingga salah satu sarana untuk mengurangi hal tersebut adalah diberlakukannya kewajiban untuk menggunakan helm sebagai perlengkapan berkendara.
Anton Budi, salah satu pedagang helm di daerah Kotabaru yang merupakan pusat penjualan helm di Jogja. Sejak kecil Anton sudah akrab dengan helm karena orangtuanya merupakan pioner pedagang helm di Kotabaru, Jogja, pada tahun 1980-an. Setamat sekolah menengah atas, Anton memutuskan untuk menikah usia muda. Karena tidak mempunyai pendapatan, ayahnya memberikan modal untuk berdagang helm sendiri mulai dari nol.
Dengan uang Rp15 juta, dia memulai usaha ini untuk membuat kios semi permanen dan membeli helm. Modal yang ada hanya cukup untuk menyediakan helm dengan beberapa jenis saja karena usaha penjualan helm termasuk modal tinggi.
Helm yang dijual di kiosnya saat ini berbeda jenisnya dengan jenis helm ketika saat awal memulai usaha, hal ini kaitannya dengan diberlakukannya peraturan penggunaan helm standar. Jenis-jenis helm uang dijual Anton saat ini yaitu:
- Half face, standar biasa dengan kaca
- Full face atau teropong, dengan pelindung mulut (=cakil)
- Double face, paduan antara half face dan full face
- Cross, untuk olahraga motocross
- Anak-anak
Selain menjual helm, Anton juga menyediakan jasa perbaikan helm dan penggantian kaca helm serta menjual pernik-pernik pengendara sepeda motor seperti kaos tangan, masker dan slayer.
Helm-helm ini diperoleh dari berbagai produsen merek helm di Jakarta. Akan tetapi dengan semakin banyaknya permintaan helm, sekarang banyak ditemui agen atau distributor-distributor helm di Jogja sehingga tidak perlu mengambil ke produsen di Jakarta.
Pada awalnya, untuk pedagang pemula harus mendatangi produsen/distributor untuk mengenalkan diri dan memberikan keterangan tempat usahanya. Pedagang diminta membayar kontan kepada produsen atau distributor untuk mendapatkan helm-helm tersebut.
Setelah melihat perkembangan usaha dan tingkat kepercayaan mulai bagus, biasanya distributor mau melayani pembelian dengan cara pembayaran tempo. Hampir 70% ditributor menerapkan pembayaran tempo. Harga dari masing-masing agen bervariasi, pada item-item tertentu harga lebih mahal dari agen lainnya atau sebaliknya bisa lebih murah.
Peralatan dalam penjualan helm sebenarnya tidak banyak, hanya alat untuk membersihkan helm saat dipajang di rak karena terkena debu jalan. Kecuali untuk jasa perbaikan helm dan penggantian kaca helm, dibutuhkan alat-alat seperti tang, obeng, gunting, lem, pisau potong dan sejenisnya. Sedangkan untuk pengankutan dari gudang ke kios menggunakan mobil box.
Selama menjalankan usaha penjualan helm, ada poin-poin pada umumnya yang menurut Anton perlu diperhatikannya, yaitu item produk lengkap sehingga calon konsumen memiliki banyak pilihan.
Poin kedua, harga bersaing karena tingkat persaingan di daerah Kotabaru cukup tinggi sedangkan kualitas produk pada umumnya sama karena diperoleh dari sumber yang sama. Yang ketiga, pelayanan yang baik terhadap konsumen sehngga mereka mau melakukan transaksi. Hal-hal yang dikerjakan pada usaha penjualan helm tidaklah rumit sebagaimana usaha perdagangan lainnya. Begitu calon konsumen datang, mereka akan melihat-lihat display untuk mencari helm yang mereka minati
Karyawan bagian penjualan akan menunjukkan harga dan alternatif jenis produk lainnya. Setelah calon konsumen cocok dengan helm yang ditawarkan, biasanya calon konsumen akan mengajukan penawaran. Pada saat itu, karyawan akan berkonsultasi dengan pemilik berapa harga minimal sehingga helm bisa dilepas ke konsumen.
Di Jogja, Kelurahan Kotabaru dikenal merupakan tempat penjualan helm sepeda motor. Di sepanjang jalan Abu Bakar Ali terdapat 8-9 penjual helm dengan menggunakan kios semi permanen berbentuk tenda terbuka seperti tenda yang biasa digunakan untuk hajatan di luar ruangan dengan rangka besi, tidak terkecuali kios helm milik Anton Budi.
Bagian belakang tenda menempel pada pagar bangunan dan pada sisi tersebut diletakkan rak-rak kayu sebagai tempat memajang helm. Sedangkan pernik-pernik lainnya yang dijual hanya digantung pada rangka-rangka tenda.
Manajemen
Dalam menjalankan usahanya, Anton dibantu oleh 6 orang karyawan. Di bagian penjualan dan servis ada 3 orang karyawan yang bertugas melayani calon pembeli dan menangani servis atau ganti kaca helm. Tiga orang sisanya bertugas di bagian bongkar muat yang bekerja pada saat bongkar muat barang ketika hendak mulai aktivitas penjualan di pagi hari dan mengangkut dari gudang ke kios serta di malam hari bongkar muat untuk dibawa dari kios ke gudang. Tak jarang pula, Anton dan keluarganya terjun langsung melayani calon pembeli.
Pemasaran
Pada perkembangannya, helm bukan lagi semata-mata perlengkapan keselamatan dalam berkendara, tetapi sudah mengarah ke fashion. Banyak produk-produk helm sekarang yang didesain sedemikian rupa sehingga menarik minat pembeli, terutama kalangan anak muda. Sebenarnya, konsumen merata dari berbagai usia . Hanya saja, untuk konsumen kalangan muda lebih cenderung selektif mengenai desain dan harga daripada orang tua. Helm-helm yang diminati kalangan muda mempunyai desain yang cukup atraktif dan gaul serta harganya pun biasanya diatas Rp100.000,- per unitnya.
Sedangkan untuk konsumen kalangan orang tua cukup dengan kualitas standar dan harga terjangkau. Sebagian konsumen Anton 90% berdomisili di DIY, baik warga menetap atau sementara. Pada umumnya, kualitas helm standar sesuai dengan merek dan jenisnya. Setiap pedagang bisa menjual helm yang sama dengan helm milik pedagang lainnya sehingga tingkat persaingan kualitas hampir tidak ada. Untuk mengatasi hal itu, Anton menerapkan strategi dengan menyediakan item produk selengkap mungkin sehingga calon pembeli mempunyai banyak pilihan dan Anton berani dalam mematok harga lebih murah untuk bersaing asalkan modalnya dapat berputar cepat. Harga helm yang dipatok antara Rp30.000 – Rp 400.000 per unitnya.
Saat ini, untuk pemasaran, Anton dan para pedagang helm di Kotabaru pada umumnya tidak melakukan promosi khusus untuk memasarkam helmnya. Menurutnya, Kotabaru merupakan "daerah basah", sudah menjadi ikon tempat penjualan helm di Jogja. Selama pelayanan ke konsumen bagus, konsumen dengan sendirinya akan memporomosikan tempat tersebut kepada orang –orang yang mereka kenal, sistem promosi dari mulut ke mulut atau gethok tular. Di sepanjang jalan Abu Bakar Ali Kotabaru terdapat 9 pedagang helm dan tidak semuanya mulai usaha ini dari awal, tetapi hanya sebagai pengikut dari pedagang yang sudah ada sebelumnya. Satu demi satu akan menghilang sesuai dengan seleksi alam.
Pada proses pemasaran, kendala yang sering dan rutin dihadapi adalah kemudahan dalam memperoleh barang pada saat permintaan tinggi, terutama menjelang lebaran. Pada saat lebaran sangat sulit mendapatkan barang. Permasalahan timbul karena permintaan terjadi secara serentak seluruh Indonesia sehingga produsen kewalahan dalam memenuhi permintaan dari agen atau pedagang eceran.
Dengan kondisi yang seperti itu, maka produsen memprioritaskan untuk memenuhi permintaan kota-kota besar terlebih dahulu seperti Jakarta dan Surabaya. Setelah permintaan kedua kota tersebut terpenuhi, baru distribusi dialihkan ke Jogja. Sedangkan untuk waktu-waktu normal selain menjelang lebaran, untuk memperoleh barang cukup mudah, terlebih lagi sudah banyak agen-agen helm di Jogja.
Keuangan
Pada awal memulai usaha penjualan helm, 7 tahun yang lalu, Anton mendapat pinjaman modal dari bapaknya sebesar Rp15juta. Dari sejumlah uang tersebut, Rp 4juta digunakan untuk sarana berdagang seperti rak, terpal, rangka tenda dan peralatan lainnya. Sisanya, Rp11juta untuk membeli helm yang jumlahnya tidak begitu banyak, yang penting cukup kelihatan kalau ada usaha penjualan helm.
Dalam penjualan, rata-rata omset per hari mencapai Rp3juta yang diperoleh 70% dari penjualan helm dan sisanya, 25%-30% dari servis dan penjualan pernik-pernilk perlengkapan berkendara lainnya.
Dari omset tersebut, justru margin dari penjualan helm tidak lebih dari 10% sedangkan margin dari servis helm dan penjualan perlengkapan berkendara lainnya bisa mencapai margin 50%. Memang, biasanya masing-masing pedagang mempunyai produk-produk helm unggulan dimana penjual lain tidak memiliki atau sulit mendapatkan.
Dari item-item unggulan inilah keuntungan maksimal dari penjualan helm bisa diperoleh. Anton sendiri keberatan untuk menyebutkan jenis dan margin dari penjualan item tersebut. Biaya operasional tidak terlalu banyak, bagian terbesar adalah untuk memberi upah kepada 6 orang karyawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar