Kiki sedang bingung. Sebenarnya bukan dia yang seharusnya bingung,
tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga
terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor.
Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka
sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau
atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam
makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi
kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.
Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap
Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang
sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti
Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong
teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula
ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia
selalu bilang:"Jangan bilang-bilang Bos ya?"
Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka
terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam
hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.
Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor
setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang.
Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang
makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali,
atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa
dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor
pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil
terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika
ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.
Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya
kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan
mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan
bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga
sering datang terlambat dan pulang lebih awal.
Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah
karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus
ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara
mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam
itu. "Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?" Dengan
perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka
bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat
bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang
lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.
Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu
makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-
pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di
kantor.
Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari
awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak
awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya
lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan
bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.
Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau
menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna
kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka
adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai
tahu.'
Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam
bekerja. "Saya percaya pada kalian.. Saya harap kalian percaya saya
dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja
menjadi nyaman dan menyenangkan.
Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-
kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan
merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada
yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan
juga jangan berpihak kepada yang salah."
Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana.
Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya
mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah
ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut
ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua
hanya menjadi korban perbuatan Erna.
Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'.
Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik
mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya
pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya
tidak ketahuan? Do the right thing! It will set you free from fear!
Sumber: Bos Jangan Tahu oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting & Training Specialist
tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga
terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor.
Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka
sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau
atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam
makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi
kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.
Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap
Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang
sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti
Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong
teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula
ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia
selalu bilang:"Jangan bilang-bilang Bos ya?"
Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka
terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam
hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.
Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor
setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang.
Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang
makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali,
atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa
dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor
pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil
terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika
ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.
Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya
kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan
mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan
bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga
sering datang terlambat dan pulang lebih awal.
Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah
karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus
ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara
mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam
itu. "Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?" Dengan
perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka
bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat
bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang
lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.
Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu
makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-
pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di
kantor.
Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari
awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak
awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya
lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan
bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.
Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau
menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna
kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka
adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai
tahu.'
Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam
bekerja. "Saya percaya pada kalian.. Saya harap kalian percaya saya
dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja
menjadi nyaman dan menyenangkan.
Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-
kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan
merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada
yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan
juga jangan berpihak kepada yang salah."
Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana.
Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya
mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah
ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut
ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua
hanya menjadi korban perbuatan Erna.
Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'.
Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik
mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya
pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya
tidak ketahuan? Do the right thing! It will set you free from fear!
Sumber: Bos Jangan Tahu oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting & Training Specialist
Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar