Segala puji hanya milik Allah Ta'ala, Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga, dan seluruh sahabatnya. Amiin.
Betapa sering kita mengucapkan, mendengar, mendambakan dan berdoa untuk mendapatkan keberkahan, keberkahan dalam umur, keberkahan dalam keluarga, keberkahan dalamm usaha, keberkahan dalam harta benda dll. Bahkan karena begitu besar perhatian Islam kepada faktor keberkahan, sampai-sampai menjadikan keberkahan sebagai bagian ucapan salam ketika mereka berjumpa atau berpisah.
ÇáÓáÇã Úáíßã æÑÍãÉ Çááå æÈÑßÇÊå
Akan tetapi, pernahkah kita bertanya: Apakah sebenarnya keberkahan itu? Dan bagaimana keberkahan dapat diperoleh? Mungkinkah berkah itu hanya terwujud dalam "berkat" yang berhasil kita bawa pulang setiap kali kita menghadiri suatu pesta atau undangan?
Mungkinkah keberkahan itu hanya milik para kiyai, atau tukang ramal, juru-juru kuncen kuburan, sehingga bila salah seorang dari kita memiliki suatu hajatan, ia datang kepada mereka untuk "ngalap berkah", agar cita-citanya tercapai?()
"Berkah" atau "Al Barokah" bila kita pelajari dengan sebenarnya, baik melalui ilmu bahasa arab atau melalui dalil-dalil dalam Al Qur'an dan As Sunnah, niscaya kita akan mendapatkan bahwa "al Barokah" memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas dan agung.
Secara ilmu bahasa, "Al Barokah" berartikan : "Berkembang, bertambah dan kebahagiaan.()
Imam An Nawawi berkata: "Asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi."()
Adapun bila ditinjau melalui dalil-dalil dalam Al Qur'an dan As Sunnah, maka "al barokah" memiliki makna dan perwujudan yang tidak jauh berbeda dari makna "Al Barokah" dalam ilmu bahasa.
Untuk sedikit mengetahui tentang keberkahan yang dikisahkan dalam Al Qur'an, dan As Sunnah, maka saya mengajak hadirin untuk bersama-sama merenungkan beberapa dalil berikut:
- 1.
"Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (banyak membawa kemanfaatan) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu taman-taman dan biji-biji tanaman yang diketam. Dan pohon kurma yang tingo-tinggi yang memiliki mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Demikianlah terjadinya kebangkitan." (Surat Qaaf 9-11)
ÈóáúÏóÉñ ØóíøöÈóÉñ æóÑóÈøñ ÛóÝõæÑñ ÓÈà 15.
"(Negrimu adalah) negri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." Saba' 15.
- 2.
(íÞÇá ááÃÑÖ: ÃäÈÊí ËãÑÊß æÑÏí ÈÑßÊß¡ ÝíæãÆÐ ÊÃßá ÇáÚÕÇÈÉ ãä ÇáÑãÇäÉ¡ æíÓÊÙáæä ÈÞÍÝåÇ¡ æíÈÇÑß Ýí ÇáÑøöÓúáö¡ ÍÊì Åä ÇááÞÍÉ ãä ÇáÅÈá áÊßÝí ÇáÝÆÇã ãä ÇáäÇÓ¡ æÇááÞÍÉ ãä ÇáÈÞÑ áÊßÝí ÇáÞÈíáÉ ãä ÇáäÇÓ¡ æÇááÞÍÉ ãä ÇáÛäã áÊßÝí ÇáÝÎÐ ãä ÇáäÇÓ). ÑæÇå ãÓáã
"Akan diperintahkan (oleh Allah) kepada bumi: tumbuhkanlah buah-buahanmu, dan kembalikan keberkahanmu, maka pada masa itu, sekelompok orang akan merasa cukup (menjadi kenyang) dengan memakan satu buah delima, dan mereka dapat berteduh dibawah kulitnya. Dan air susu diberkahi, sampai-sampai sekali peras seekor onta dapat mencukupi banyak orang, dan sekali peras susu seekor sapi dapat mencukupi manusia satu kabilah, dan sekali peras, susu seekor domba dapat mencukupi satu cabang kabilah." Riwayat Imam MuslimDemikianlah ketika rizqi diberkahi Allah, sehingga rizqi yang sedikit jumlahnya, akan tetapi kemanfaatannya sangat banyak, sampai-sampai satu buah delima dapat mengenyangkan segerombol orang, dan susu hasil perasan seekor sapi dapat mencukupi kebutuhan orang satu kabilah.
Ibnu Qayyim berkata: "Tidaklah kelapangan rizqi dan amalan diukur dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur dilihat dari bulan dan tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi kelapangan rizqi dan umur diukur dengan keberkahannya."()
Bila ada yang berkata: Itukan kelak tatkala kiyamat telah dekat, sehingga tidak mengherankan, kerana saat itu, banyak terjadi kejadian yang luar biasa, sehingga apa yang disebutkan pada hadits ini adalah sebagian dari hal-hal tersebut.
Ucapan ini tidak sepenuhnya benar, sebab hal yang serupa walau tidak sebesar yang disebutkan pada hadits ini- juga pernah terjadi sebelum zaman kita, yaitu pada masa-masa keemasan umat Islam.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: " Sungguh dahulu biji-bijian, baik gandum atau lainnya lebih besar dibanding yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada padanya (biji-bijian kala itu-pen) lebih banyak. Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang sebagian khalifah Bani Umawiyyah sekantung gandum yang biji-bijinya sebesar biji kurma, dan bertuliskan pada kantung luarnya: "Ini adalah gandum hasil panenan masa keadilan ditegakkan."()
Seusai kita membaca hadits dan keterangan Imam Ibnul Qayyim di atas, kemudian kita berusaha mencocokkannya dengan diri kita, niscaya yang kita dapatkan adalah kebalikannya, yaitu makanan yang semestinya mencukupi beberapa orang tidak cukup untuk mengenyangkan satu orang, berbiji-biji buah delima hanya mencukupi satu orang,.
- 3.
"Dari sahabat Urwah bin Abil Jaed Al Bariqy , bahwasanya Nabi pernah memberinya uang satu dinar agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau, maka sahabat Urwah dengan uang itu membeli dua ekor kambing, lalu menjual salah satunya seharga satu dinar. Dan iapun datang menghadap Nabi dengan membawa uang satu dinar dan seekor kambing. Kemudian Nabi mendoakannya agar mendapatkan keberkahan dalam perniagaannya. Sehingga andaikata ia membeli debu, niscaya ia akan mendapatkan keuntungan padanya. " (riwayat Al Bukhory).
Sebenarnya, masih banyak lagi gambaran tentang peranan keberkahan yang disebutkan dalam Al Qur'an atau hadits, hanya karena tidak ingin terlalu bertele-tele, saya cukupkan dengan tiga dalil di atas sebagai contoh, sedangkan sebagian lainnya akan disebutkan pada pembahasan selanjutnya.
- 1.
æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÂãóäõæÇú æóÇÊøóÞóæÇú áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöã ÈóÑóßóÇÊò ãøöäó ÇáÓøóãóÇÁ æóÇáÃóÑúÖö æóáóÜßöä ßóÐøóÈõæÇú ÝóÃóÎóÐúäóÇåõã ÈöãóÇ ßóÇäõæÇú íóßúÓöÈõæäó ÇáÃÚÑÇÝ 96
"Andaikata penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." Al A'raf 96.
Diantara perwujudan iman kepada Allah Ta'ala yang berkaitan dengan penghasilan ialah dengan senantiasa yakin dan menyadari bahwa rizqi apapun yang kita peroleh ialah atas karunia dan kemurahan Allah semata, bukan atas jerih payah atau kepandaian kita. Yang demikian itu karena Allah Ta'ala telah menentukan jatah rizqi setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.()
Bila kita pikirkan diri dan negri kita, niscaya kita dapatkan buktinya, setiap kali kita mendapatkan suatu keberhasilan, maka kita lupa daratan, dan merasa itu adalah hasil dari kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana kita menuduh alam sebagai dalangnya, dan kita melupakan Allah Ta'ala .
Ketika Aceh ditimpa musibah Sunami, kita menuduh alam sebagai penyebabnya, yaitu dengan mengatakan itu karena akibat dari pergerakan atau benturan antara lempengan bumi ini dengan lempengan bumi itu dst. Ketika musibah lumpur di porong menimpa kita, kita rame-rame menuduh alam dengan mengatakan itu dampak dari gempa yang menimpa wilayah Jogjakarta dan sekitar. Ketika banjir melanda Jakarta, kita rame-rame menuduh alam, dengan berkata: siklus alam, atau yang serupa.
Jarang diantara kita yang mengembalikan semua itu kepada Allah Ta'ala, sebagai teguran atau cobaan atau mungkin juga sebagai azab. Bahkan orang yang berfikir demikian akan dituduh kolot, kampungan tidak ilmiyah, atau malah dianggap sebagai teroris dst.
ÙóåóÑó ÇáúÝóÓóÇÏõ Ýöí ÇáúÈóÑøö æóÇáúÈóÍúÑö ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöí ÇáäøóÇÓö áöíõÐöíÞóåõã ÈóÚúÖó ÇáøóÐöí ÚóãöáõæÇ áóÚóáøóåõãú íóÑúÌöÚõæäó
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan Allah)." (Ar Rum 41)
Úóäú ÒóíúÏö Èúäö ÎóÇáöÏò ÇáúÌõåóäöíøö Ãóäøóåõ ÞóÇáó Õóáøóì áóäóÇ ÑóÓõæáõ Çááøóåö ÕóáóÇÉó ÇáÕøõÈúÍö ÈöÇáúÍõÏóíúÈöíóÉö Úóáóì ÅöËúÑö ÓóãóÇÁò ßóÇäóÊú ãöäú ÇááøóíúáóÉö ÝóáóãøóÇ ÇäúÕóÑóÝó ÃóÞúÈóáó Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÝóÞóÇáó: (åóáú ÊóÏúÑõæäó ãóÇÐóÇ ÞóÇáó ÑóÈøõßõãú¿) ÞóÇáõæÇ: Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóÚúáóãõ. ÞóÇáó: ÃóÕúÈóÍó ãöäú ÚöÈóÇÏöí ãõÄúãöäñ Èöí æóßóÇÝöÑñ¡ ÝóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÑóÍúãóÊöåö ÝóÐóáößó ãõÄúãöäñ Èöí æóßóÇÝöÑñ ÈöÇáúßóæúßóÈö æóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ÈöäóæúÁö ßóÐóÇ æóßóÐóÇ ÝóÐóáößó ßóÇÝöÑñ Èöí æóãõÄúãöäñ ÈöÇáúßóæúßóÈö. ãÊÝÞ Úáíå
"Dari sahabat Zaid bin Khalid Al Juhani ia menuturkan: Rasulullah mengimami kita shalat subuh di Hudaibiyyah dalam keadaan masih basah akibat hujan tadi malam. Seusai beliau shalat, beliau menghadap kepada para sahabatnya, lalu berkata: "Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Tuhan kalian? Mereka menjawab: Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Ada sebagian dari hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan kafir. Adapun orang yang berkata: Kita telah dihujani atas karunia dan rahmat Allah, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kufur dengan bintang. Dan orang yang berkata: kita dihujani atas pengaruh bintang ini dan itu, maka itulah orang yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang." Muttafaqun 'alaih.
Bila demikian adanya, maka mana mungkin Allah akan memberkahi kehidupan kita?! Bukankah pola pikir semacam ini adalah pola pikir yang menyebabkan Qarun diazab dengan ditelan bumi?!
ÞóÇáó ÅöäøóãóÇ ÃõæÊöíÊõåõ Úóáóì Úöáúãò ÚöäÏöí Ãóæóáóãú íóÚúáóãú Ãóäøó Çááøóåó ÞóÏú Ãóåúáóßó ãöä ÞóÈúáöåö ãöäó ÇáÞõÑõæäö ãóäú åõæó ÃóÔóÏøõ ãöäúåõ ÞõæøóÉð æóÃóßúËóÑõ ÌóãúÚðÇ æóáóÇ íõÓúÃóáõ Úóä ÐõäõæÈöåöãõ ÇáúãõÌúÑöãõæäó ÇáÞÕÕ 78
"Qarun berkata: "sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta kumpulannya." (Al Qashas 78)
Diantara perwujudan nyata iman kepada Allah dalam hal rizqi, ialah senantiasa menyebut nama Allah Ta'ala ketika hendak menggunakan salah satu kenikmatan-Nya, misalnya ketika makan:
Úä ÚóÇÆöÔóÉó ÑÖí Çááå ÚäåÇ Ãä ÇáäÈí ? ßÇä íóÃúßõáõ ØóÚóÇãÇð Ýí ÓöÊøóÉö äóÝóÑò ãä ÃóÕúÍóÇÈöåö ÝóÌóÇÁó ÃÚÑÇÈí ÝóÃóßóáóåõ ÈöáõÞúãóÊóíúäö ÝÞÇá ÇáäÈí ? : (ÃóãóÇ Åäå áæ ßÇä ÐóßóÑó ÇÓúãó Çááøóåö áóßóÝóÇßõãú). ÑæÇå ÃÍãÏ æÇáäøóÓÇÆí æÇÈä ÍÈÇä
"Dari sahabat 'Aisyah radhiallahu 'anha: bahwasanya Nabi pada suatu saat sedang makan bersama enam orang sahabatnya, tiba-tiba datang seorang arab baduwi, lalu ia menyantap makanan beliau dalam dua kali suapan. Maka Nabi bersabda:"Ketahuilah seandainya ia menyebut nama Allah (membaca Basmallah-pen), niscaya makanan itu akan mencukupi kalian." Riwayat Ahmad, An Nasai dan Ibnu Hibban. (ÃóãóÇ Åöäøó ÃóÍóÏóßõãú ÅÐÇ ÃÊì Ãóåúáóåõ æÞÇá: ÈöÓúãö Çááøóåö Çááåã ÌóäøöÈúäóÇ ÇáÔøóíúØóÇäó æóÌóäøöÈú ÇáÔøóíúØóÇäó ãÇ ÑóÒóÞúÊóäóÇ¡ ÝóÑõÒöÞóÇ æóáóÏðÇ¡ áã íóÖõÑøóåõ ÇáÔøóíúØóÇäõ.) ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí
"Ketahuilah bahwa salah seorang dari kamu bila hendak menggauli istrinya ia berkata: "Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkanlah syetan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami", kemudia mereka berdua dikaruniai anak (hasil dari hubungan tersebut-pen) niscaya anak itu tidak akan diganggu syetan." Riwayat Bukhory.- 2.
æóÚóÏó Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ãöäßõãú æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö áóíóÓúÊóÎúáöÝóäøóåõã Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ßóãóÇ ÇÓúÊóÎúáóÝó ÇáøóÐöíäó ãöä ÞóÈúáöåöãú æóáóíõãóßøöäóäøó áóåõãú Ïöíäóåõãõ ÇáøóÐöí ÇÑúÊóÖóì áóåõãú æóáóíõÈóÏøöáóäøóåõã ãøöä ÈóÚúÏö ÎóæúÝöåöãú ÃóãúäðÇ íóÚúÈõÏõæäóäöí áóÇ íõÔúÑößõæäó Èöí ÔóíúÆðÇ æóãóä ßóÝóÑó ÈóÚúÏó Ðóáößó ÝóÃõæúáóÆößó åõãõ ÇáúÝóÇÓöÞõæäó
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan Amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan ornag-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An Nur 55)
æóáóæú Ãóäøóåõãú ÃóÞóÇãõæÇú ÇáÊøóæúÑóÇÉó æóÇáÅöäÌöíáó æóãóÇ ÃõäÒöáó Åöáóíåöã ãøöä ÑøóÈøöåöãú áÃßóáõæÇú ãöä ÝóæúÞöåöãú æóãöä ÊóÍúÊö ÃóÑúÌõáöåöã ÇáãÇÆÏÉ 66
"Dan sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. " Al Maidah 66.
ãóäú Úóãöáó ÕóÇáöÍðÇ ãøöä ÐóßóÑò Ãóæú ÃõäËóì æóåõæó ãõÄúãöäñ ÝóáóäõÍúíöíóäøóåõ ÍóíóÇÉð ØóíøöÈóÉð æóáóäóÌúÒöíóäøóåõãú ÃóÌúÑóåõã ÈöÃóÍúÓóäö ãóÇ ßóÇäõæÇú íóÚúãóáõæäó ÇáäÍá 97
"Barang siapa yang beramal sholeh, baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An Nahel 97).
æóÃóãøóÇ ÇáúÌöÏóÇÑõ ÝóßóÇäó áöÛõáóÇãóíúäö íóÊöíãóíúäö Ýöí ÇáúãóÏöíäóÉö æóßóÇäó ÊóÍúÊóåõ ßóäÒñ áøóåõãóÇ æóßóÇäó ÃóÈõæåõãóÇ ÕóÇáöÍðÇ ÝóÃóÑóÇÏó ÑóÈøõßó Ãóäú íóÈúáõÛóÇ ÃóÔõÏøóåõãóÇ æóíóÓúÊóÎúÑöÌóÇ ßóäÒóåõãóÇ ÑóÍúãóÉð ãøöä ÑøóÈøößó ÇáßåÝ 82
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka Tuhan-mu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhan-mu." (Al Kahfi 82.)
æóãóäú ÃóÚúÑóÖó Úóä ÐößúÑöí ÝóÅöäøó áóåõ ãóÚöíÔóÉð ÖóäßðÇ æóäóÍúÔõÑõåõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÃóÚúãóì Øå 124
"Dan barang siapa berpaling dari beribadah kepada-Ku / peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiyamat dalam keadaan buta." Thaaha 124.
Rasulullah bersabda:
(Åä ÇáÑøóÌõáó áóíõÍúÑóãõ ÇáÑøöÒúÞó ÈöÇáÐøóäúÈö íõÕöíÈõåõ) ÑæÇå ÃÍãÏ æÇÈä ãÇÌÉ æÇáÍÇßã æÛíÑåã
"Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rizqinya akibat dari dosa yang ia kerjakan." (riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim dll).
ãÓÊÑíÍ æãÓÊÑÇÍ ãäå¿ ÞÇáæÇ: íÇ ÑÓæá Çááå¡ ãÇ ÇáãÓÊÑíÍ æÇáãÓÊÑÇÍ ãäå¿ ÞÇá : (ÇáÚÈÏ ÇáãÄãä íÓÊÑíÍ ãä äÕÈ ÇáÏäíÇ æÃÐÇåÇ Åáì ÑÍãÉ Çááå¡ æÇáÚÈÏ ÇáÝÇÌÑ íÓÊÑíÍ ãäå ÇáÚÈÇÏ æÇáÈáÇÏ æÇáÔøóÌÑ æÇáÏøóæÇÈ.) ãÊÝÞ Úáíå
"Apakah ia orang yang beristirahat atau diistirahati darinya? Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan orang yang beristirahat atau diistirahati darinya? Beliau menjawab: "Seorang hamba yang beriman, akan beristirahat (dengan kematian) dari kepayahan dunia dan gangguanya. Sedangkan seorang hamba yang keji (fajir), para manusia, negri, pepohonan dan binatang akan teristirahatkan darinya." Muttafaqun 'alaih.
Diantara contoh nyata akibat buruk yang harus diderita oleh manusia dari dicabutnya keberkahan dari kehidupannya ialah membusuknya daging, dan basinya makanan. Rasulullah menyebutkan bahwa itu semua terjadi akibat perbuatan dosa umat manusia. Beliau bersabda:
(áæáÇ Èäæ ÅÓÑÇÆíá áã íÎÈË ÇáØÚÇã æáã íÎäÒ ÇááÍã). ãÊÝÞ Úáíå
"Seandainya kalau bukan karena ulah Bani Isra'il, niscaya makanan tidak akan pernah basi dan daging tidak akan pernah membusuk." Muttafaqun 'alaih.Al Munawi berkata: "Hadits ini adalah suatu isyarat yang menunjukkan bahwa membusuknya daging merupakan hukuman atas bani Israil, akibat mereka kufur terhadap kenikmatan Allah. Yaitu tatkala mereka menyimpan daging burung puyuh, sehingga menjadi busuk, padahal Allah telah melarang mereka dari hal itu, dan sebelum kejadian itu, daging tidak pernah membusuk."()
Berikut beberapa amal sholeh yang nyata-nyata mendatangkan keberkahan pada harta:
- A.
æóÅöÐú ÊóÃóÐøóäó ÑóÈøõßõãú áóÆöä ÔóßóÑúÊõãú áÃóÒöíÏóäøóßõãú æóáóÆöä ßóÝóÑúÊõãú Åöäøó ÚóÐóÇÈöí áóÔóÏöíÏñ ÅÈÑÇåíã 7
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengumandangkan :"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." ( Ibrahim 7).
æóãóä ÔóßóÑó ÝóÅöäøóãóÇ íóÔúßõÑõ áöäóÝúÓöåö Çáäãá 40
"Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri." (An Namel 40)
áóÞóÏú ßóÇäó áöÓóÈóÅò Ýöí ãóÓúßóäöåöãú ÂíóÉñ ÌóäøóÊóÇäö Úóä íóãöíäò æóÔöãóÇáò ßõáõæÇ ãöä ÑøöÒúÞö ÑóÈøößõãú æóÇÔúßõÑõæÇ áóåõ ÈóáúÏóÉñ ØóíøöÈóÉñ æóÑóÈøñ ÛóÝõæÑñ {15} ÝóÃóÚúÑóÖõæÇ ÝóÃóÑúÓóáúäóÇ Úóáóíúåöãú Óóíúáó ÇáúÚóÑöãö æóÈóÏøóáúäóÇåõã ÈöÌóäøóÊóíúåöãú ÌóäøóÊóíúäö ÐóæóÇÊóì Ãõßõáò ÎóãúØò æóÃóËúáò æóÔóíúÁò ãøöä ÓöÏúÑò Þóáöíáò ÓÈà 15-16
"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negrimu) adalah negri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan pohon bidara." (Surat Saba' 15-16).
- B.
Bila sholat telah mewarnai kehidupan seseorang, maka tidaklah ia bertutur kata melainkan dengan yang baik, dan tidaklah akan berbuat kecuali yang baik, serta tidaklah akan mendapatkan kecuali yang baik pula. Allah Ta'ala berfirman:
æóÃóÞöãö ÇáÕøóáóÇÉó Åöäøó ÇáÕøóáóÇÉó Êóäúåóì Úóäö ÇáúÝóÍúÔóÇÁ æóÇáúãõäßóÑö ÇáÚäßÈæÊ 45
Dan tegakkanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar." Al Ankabut 45.
Diantara peranan sholat ialah menjadi penyebab dilapangkan dan diberkahinya rizqi kita. Oleh karena itu AllahTa'ala berfirman kepada Nabi-Nya :
æóÃúãõÑú Ãóåúáóßó ÈöÇáÕøóáóÇÉö æóÇÕúØóÈöÑú ÚóáóíúåóÇ áóÇ äóÓúÃóáõßó ÑöÒúÞðÇ äøóÍúäõ äóÑúÒõÞõßó æóÇáúÚóÇÞöÈóÉõ áöáÊøóÞúæóì Øå 132
"Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezqi kepadamu. Kamilah yang memberi rizqi kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." Thoha 132
- C.
íóãúÍóÞõ Çááøåõ ÇáúÑøöÈóÇ æóíõÑúÈöí ÇáÕøóÏóÞóÇÊö
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah." (Al Baqarah 276) Pada ayat lain, Allah berfirman:
ãøóËóáõ ÇáøóÐöíäó íõäÝöÞõæäó ÃóãúæóÇáóåõãú Ýöí ÓóÈöíáö Çááøåö ßóãóËóáö ÍóÈøóÉò ÃóäÈóÊóÊú ÓóÈúÚó ÓóäóÇÈöáó Ýöí ßõáøö ÓõäÈõáóÉò ãøöÆóÉõ ÍóÈøóÉò æóÇááøåõ íõÖóÇÚöÝõ áöãóä íóÔóÇÁ æóÇááøåõ æóÇÓöÚñ Úóáöíãñ ÇáÈÞÑÉ 260
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tidap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan bagi orang yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah 261) Pada ayat lain Allah berfirman:
æóãóËóáõ ÇáøóÐöíäó íõäÝöÞõæäó ÃóãúæóÇáóåõãõ ÇÈúÊöÛóÇÁ ãóÑúÖóÇÊö Çááøåö æóÊóËúÈöíÊðÇ ãøöäú ÃóäÝõÓöåöãú ßóãóËóáö ÌóäøóÉò ÈöÑóÈúæóÉò ÃóÕóÇÈóåóÇ æóÇÈöáñ ÝóÂÊóÊú ÃõßõáóåóÇ ÖöÚúÝóíúäö ÝóÅöä áøóãú íõÕöÈúåóÇ æóÇÈöáñ ÝóØóáøñ æóÇááøåõ ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæäó ÈóÕöíÑñ ÇáÈÞÑÉ 265
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimispun (memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat." (Al Baqarah 265)
æóãóÇ ÂÊóíúÊõã ãøöä ÑøöÈðÇ áøöíóÑúÈõæó Ýöí ÃóãúæóÇáö ÇáäøóÇÓö ÝóáóÇ íóÑúÈõæ ÚöäÏó Çááøóåö æóãóÇ ÂÊóíúÊõã ãøöä ÒóßóÇÉò ÊõÑöíÏõæäó æóÌúåó Çááøóåö ÝóÃõæúáóÆößó åõãõ ÇáúãõÖúÚöÝõæäó ÇáÑæã 39
"Dan sesuatu riba yang engkau berikan agar bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah . Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai Wajah Allah (keridhoan-Nya), maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan." (Ar Rum 39)
(ãóÇ ãöäú íóæúãò íõÕúÈöÍõ ÇáúÚöÈóÇÏõ Ýöíåö ÅöáøóÇ ãóáóßóÇäö íóäúÒöáóÇäö ÝóíóÞõæáõ ÃóÍóÏõåõãóÇ: Çááøóåõãøó ÃóÚúØö ãõäúÝöÞðÇ ÎóáóÝðÇ. æóíóÞõæáõ ÇáúÂÎóÑõ: Çááøóåõãøó ÃóÚúØö ãõãúÓößðÇ ÊóáóÝðÇ.) ãÊÝÞ Úáíå
"Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah satunya berucap (berdoa): Ya Allah, berilah orang yang berinfaq pengganti, sedangkan yang lain berdoa : Ya Allah timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfaq) kehancuran..Muttafaqun 'alaih.
Pada hadits lain beliau bersabda:
(ãóÇ äóÞóÕóÊú ÕóÏóÞóÉñ ãöäú ãóÇáò æóãóÇ ÒóÇÏó Çááøóåõ ÚóÈúÏðÇ ÈöÚóÝúæò ÅöáÇøó ÚöÒøðÇ æóãóÇ ÊóæóÇÖóÚó ÃóÍóÏñ áöáøóåö ÅöáøóÇ ÑóÝóÚóåõ Çááøóåõ) ÑæÇå ãÓáã
"Tidaklah shodakoh itu akan mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan memaafkan melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu'/merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya." (Muslim).
- 1.
2. Walaupun secara hitungan harta berkurang, akan tetapi pahala yang berlipat ganda dapat menutupi kekurangan tersebut, bahkan melebihinya.()
Makna kedua ini selaras dengan hadits berikut:íÞæá ÇÈä ÂÏóãó: ãóÇáöí ãóÇáöí ÞÇá: æóåóáú áß íÇ Èä ÂÏóãó ãä ãóÇáößó ÅáÇøó ãÇ ÃóßóáúÊó ÝóÃóÝúäóíúÊó Ãæ áóÈöÓúÊó ÝóÃóÈúáóíúÊó Ãæ ÊóÕóÏøóÞúÊó ÝóÃóãúÖóíúÊó ÑæÇå ãÓáã.
"Anak keturunan Adam (senantiasa) berkata :hartaku, hartaku!. Apakah engkau wahai anak Adam mendapatkan bagian dari hartamu selain yang engkau makan sehingga engkau habiskan, atau engkau pakai sehingga engkau rusakkan atau yang engkau shadakohkan sehingga engkau sisakan (untuk kehidupan akhirat)". Muslim.
- D.
ÅÐÇ ßäÊ ÐÇ ÞáÈ ÞäæÚ¡ ÝÃäÊ æÕÇÍÈ ÇáÏäíÇ ÓæÇÁ.
"Bila engkau memiliki hati yang qona'ah, maka engkau dan pemilik dunia (kaya raya) adalah sama". ÇáÞäÇÚÉ ßäÒ áÇ íÝäì
"Qona'ah adalah harta karun yang tidak akan pernah sirna".Rasulullah menggambarkan keadaan orang yang dikaruniai sifat qonaah dengan sabdanya:
(ãä ÃÕÈÍ ãäßã ÂãäÇ Ýí ÓÑÈå ãÚÇÝì Ýí ÌÓÏå ÚäÏå ÞæÊ íæãå º ÝßÃäãÇ ÍíÒÊ áå ÇáÏäíÇ ÈÍÐÇÝíÑåÇ) ÑæÇå ÇáÊÑãÐí æÇÈä ãÇÌÉ æÇáØÈÑÇäí æÇÈä ÍÈÇä æÇáÈíåÞí.
"Barang siapa dari kalian yang merasa aman di rumahnya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan telah dikumpulkan untuknya dunia beserta isinya." (riwayat AtTirmizy, Ibnu Majah, At Thobrany, Ibnu Hibban dan Al Baihaqy.Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qona'ah, dan keridhoan dengan segala rizqi yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan akan dianugrahkan kepadanya:
(Åä Çááøóåó ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì íÈÊáí ÚóÈúÏóåõ ÈöãóÇ ÃóÚúØóÇåõ Ýóãóäú ÑÖí ÈöãóÇ ÞóÓóãó Çááå ÚÒ æÌá áå ÈóÇÑóßó Çááå áå Ýíå æóæóÓøóÚóåõ æóãóäú áã íóÑúÖó áã íõÈóÇÑößú áå æáã íÒÏå Úáì ãÇ ßÊÈ áå) ÑæÇå ÃÍãÏ æÇáÈíåÞí æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rizqi yang telah Ia berikan kepadanya. Barang siapa yang ridho dengan pembagian Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan barang siapa yang tidak ridho (tidak puas), niscaya rizqinya tidak akan diberkahi." (Riwayat Imam Ahmad dan dishohihkan oleh Al Albany). Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga kehormatan agama dan dirinya dalam setiap usaha yang ia tempuh guna mencari rizqi. Sehingga seorang muslim tidak akan menempuh melainkan jalan-jalan yang dihalalkan dan dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.
Úä Íßíã Èä ÍÒÇã ÞÇá: ÓÃáÊ ÑÓæá Çááå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÓÃáÊå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÓÃáÊå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÞÇá: íÇ Íßíã¡ Åä åÐÇ ÇáãÇá ÎÖÑÉ ÍáæÉ¡ Ýãä ÃÎÐå ÈÓÎÇæÉ äÝÓ¡ ÈæÑß áå Ýíå¡ æãä ÃÎÐå ÈÅÔÑÇÝ äÝÓ áã íÈÇÑß áå Ýíå¡ æßÇáÐí íÃßá æáÇ íÔÈÚ. ÇáíÏ ÇáÚáíÇ ÎíÑ ãä ÇáíÏ ÇáÓÝáì¡ ÞÇá Íßíã: ÝÞáÊ íÇ ÑÓæá Çááå¡ æÇáÐí ÈÚËß ÈÇáÍÞ áÇ ÃÑÒà ÃÍÏÇ ÈÚÏß ÔíÆÇ ÍÊì ÃÝÇÑÞ ÇáÏäíÇ) ãÊÝÞ Úáíå
Dari shabat Hakim bin Hizam ,ia mengisahkan: "Pada suatu saat aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah , dan beliaupun memberiku, kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliau kembali memberiku, kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliaupun kembali memberiku, kemudian beliau bersabda: Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini bak bauh yang segar lagi manis, dan barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (dan tama' atau atas kerelaan pemiliknya), maka akan diberkahi untuknya harta tersebut. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (tamak), niscaya harta tersebut tidak akan diberkahi untuknya, dan ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang berada di atas lebih mulia dibanding tangan yang berada di bawah. Hakim melanjutkan kisahnya dengan berkata: "Kemudian aku berkata: Wahai Rasulullah, demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta harta seseorang sepeninggalmu hingga aku meninggal dunia." Muttafaqun 'alaih æóÇáøóÐöí äóÝúÓöí ÈíÏå áóÃóäú íóÃúÎõÐó ÃÍÏßã ÍóÈúáóåõ ÝóíóÍúÊóØöÈó Úáì ÙóåúÑöåö ÎóíúÑñ áå ãä Ãóäú íóÃúÊöíó ÑóÌõáÇ ÝóíóÓúÃóáóåõ ÃóÚúØóÇåõ Ãæ ãóäóÚóåõ.
"Sungguh demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kamu membawa talinya, kemudian ia mencari kayu bakar dan memanggulnya di atas punggunya, lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang lain, kemudian meminta-minta kepadanya, baik ia diberi atau tidak." Riwayat Bukhory.(ãä ØáÈ ÍÞÇ ÝáíØáÈå Ýí ÚÝÇÝ æÇÝ Ãæ ÛíÑ æÇÝ) ÑæÇå ÇáÊÑãÐí æÇÈä ãÇÌå æÇÈä ÍÈÇä æÇáÍÇßã
"Barang siapa yang menagih haknya, hendaknya ia menagihnya dengan cara yang terhormat, baik ia berhasil mendapatkannya atau tidak." Riwayat At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Hakim.
Úä ÚÈÏ Çááå Èä ÚãÑ Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááøóåö ? ßÇä íõÚúØöí ÚõãóÑó Èä ÇáúÎóØøóÇÈö ÇáúÚóØóÇÁó ÝíÞæá áå ÚõãóÑõ: ÃóÚúØöåö íÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÃóÝúÞóÑó Åáíå ãöäøöí. ÝÞÇá áå ÑÓæá Çááøóåö ? : ÎõÐúåõ ÝóÊóãóæøóáúåõ Ãæ ÊóÕóÏøóÞú Èöåö¡ æãÇ ÌóÇÁóßó ãä åÐÇ ÇáúãóÇáö æóÃóäúÊó ÛóíúÑõ ãõÔúÑöÝò æáÇ ÓóÇÆöáò¡ ÝóÎõÐúåõ æãÇ áÇ ÝáÇ ÊõÊúÈöÚúåõ äóÝúÓóßó. ÞÇá ÓóÇáöãñ: Ýóãöäú ÃóÌúáö Ðáß ßÇä Èä ÚõãóÑó áóÇ íóÓúÃóáõ ÃóÍóÏðÇ ÔíÆÇ æáÇ íóÑõÏøõ ÔíÆÇ ÃõÚúØöíóåõ. ãÊÝÞ Úáíå
"Dari Abdullah bin Umar , bahwasanya Rasulullah pada suatu hari hendak memberi umar bin Khatthab suatu pemberian, kemudaian Umar berkata kepada beliau: Ya Rasulullah, berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada aku. Maka Rasulullah bersabda kepadanya: "Ambillah, lalu gunakanlah sebagai modal, atau sedekahkanlah, dan harta yang datang kepadamu sedangkan engkau tidak berambisi mendapatkannya tidak juga memintanya, maka ambillah, dan harta yang tidak datang kepadamu, maka janganlah engkau berambisi untuk memperolehnya." Oleh karena itu dahulu Abdullah bin Umar tidak pernah meminta kepada seseorang dan tidak pernah menolak sesuatu yang diberikan kepadanya." (Muttafaqun 'alaih).- E.
ÝóÞõáúÊõ ÇÓúÊóÛúÝöÑõæÇ ÑóÈøóßõãú Åöäøóåõ ßóÇäó ÛóÝøóÇÑðÇ {10} íõÑúÓöáö ÇáÓøóãóÇÁ Úóáóíúßõã ãøöÏúÑóÇÑðÇ {11} æóíõãúÏöÏúßõãú ÈöÃóãúæóÇáò æóÈóäöíäó æóíóÌúÚóá áøóßõãú ÌóäøóÇÊò æóíóÌúÚóá áøóßõãú ÃóäúåóÇÑðÇ äæÍ 10-12
"Maka aku katakan kepada mereka: "Beristighfarlah kamu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirmkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai." (Surat An Nuh 10-12).
æóÃóäö ÇÓúÊóÛúÝöÑõæÇú ÑóÈøóßõãú Ëõãøó ÊõæÈõæÇú Åöáóíúåö íõãóÊøöÚúßõã ãøóÊóÇÚðÇ ÍóÓóäðÇ Åöáóì ÃóÌóáò ãøõÓóãøðì æóíõÄúÊö ßõáøó Ðöí ÝóÖúáò ÝóÖúáóåõ åæÏ 3
"Dan hendaklah kamu beristighfar kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadanya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tia-tiap orang yangmempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya." (Surat Huud 3).
æóíóÇ Þóæúãö ÇÓúÊóÛúÝöÑõæÇú ÑóÈøóßõãú Ëõãøó ÊõæÈõæÇú Åöáóíúåö íõÑúÓöáö ÇáÓøóãóÇÁ Úóáóíúßõã ãøöÏúÑóÇÑðÇ æóíóÒöÏúßõãú ÞõæøóÉð Åöáóì ÞõæøóÊößõãú æóáÇó ÊóÊóæóáøóæúÇú ãõÌúÑöãöíäó åæÏ 52.
"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, beristighfarlah kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Hud 52).
- F.
(ãóäú ÓóÑøóåõ Ãóäú íõÈúÓóØó áóåõ Ýöí ÑöÒúÞöåö Ãóæú íõäúÓóÃó áóåõ Ýöí ÃóËóÑöåö ÝóáúíóÕöáú ÑóÍöãóåõ). ãÊÝÞ Úáíå
"Barang siapa yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim." (Muttafaqun 'alaih).
- G.
áÇ ÊÓÊÈØÆæÇ ÇáÑÒÞ ¡ ÝÅäå áä íãæÊ ÇáÚÈÏ ÍÊì íÈáÛå ÂÎÑ ÑÒÞ åæ áå¡ ÝÃÌãáæÇ Ýí ÇáØáÈ: ÃÎÐ ÇáÍáÇá¡ æÊÑß ÇáÍÑÇã¡ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí
"Janganlah kamu merasa bahwa rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram." Riwayat Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishohihkan oleh Al Albani.
Diantara hal yang akan menghapuskan keberkahan ialah berbagai bentuk praktek riba:
íóãúÍóÞõ Çááøåõ ÇáúÑøöÈóÇ æóíõÑúÈöí ÇáÕøóÏóÞóÇÊö
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah." (Al Baqarah 276)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Ia akan memusnahkan riba, maksudnya bisa saja memusnahkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya atau menghalangi pemiliknya dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian pemilik riba tidak mendapatkan kemanfaatan harta ribanya, bahkan Allah akan membinasakannya dengan harta tersebut dalam kehidupan dunia, dan kelak di hari akhirat Allah akan menyiksanya akibat harta tersebut."()
(Åä ÇáÑÈÇ æÅä ßËÑ¡ ÚÇÞÈÊå ÊÕíÑ Åáì Þá) ÑæÇå ÃÍãÏ ÇáØÈÑÇäí æÇáÍÇßã æÍÓäå ÇáÍÇÝÙ ÇÈä ÍÌÑ æÇáÃáÈÇäí
"Sesungguhnya (harta) riba, walaupun banyak jumlahnya, pada akhirnya akan menjadi sedikit." Riwayat Imam Ahmad, At Thabrany, Al Hakim dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dan Al Albany.(ÇáúÍóáöÝõ ãõäóÝøöÞóÉñ áöáÓøöáúÚóÉö ãõãúÍöÞóÉñ áöáúÈóÑóßóÉö.) ãÊÝÞ Úáíå
"Sumpah itu akan menjadikan barang dagangan menjadi laris dan menghapuskan keberkahan." Muttafaqun 'alaih
Úä Íßíã Èä ÍÒÇã ÞÇá: ÓÃáÊ ÑÓæá Çááå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÓÃáÊå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÓÃáÊå ÝÃÚØÇäí¡ Ëã ÞÇá: íÇ Íßíã¡ Åä åÐÇ ÇáãÇá ÎÖÑÉ ÍáæÉ¡ Ýãä ÃÎÐå ÈÓÎÇæÉ äÝÓ¡ ÈæÑß áå Ýíå¡ æãä ÃÎÐå ÈÅÔÑÇÝ äÝÓ áã íÈÇÑß áå Ýíå¡ æßÇáÐí íÃßá æáÇ íÔÈÚ. ÇáíÏ ÇáÚáíÇ ÎíÑ ãä ÇáíÏ ÇáÓÝáì¡ ÞÇá Íßíã: ÝÞáÊ íÇ ÑÓæá Çááå¡ æÇáÐí ÈÚËß ÈÇáÍÞ áÇ ÃÑÒà ÃÍÏÇ ÈÚÏß ÔíÆÇ ÍÊì ÃÝÇÑÞ ÇáÏäíÇ) ãÊÝÞ Úáíå
Dari shabat Hakim bin Hizam ,ia mengisahkan: "Pada suatu saat aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah , dan beliaupun memberiku, kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliau kembali memberiku, kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliaupun kembali memberiku, kemudian beliau bersabda: Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini bak bauh yang segar lagi manis, dan barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (dan tama' atau atas kerelaan pemiliknya), maka akan diberkahi untuknya harta tersebut. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (tamak), niscaya harta tersebut tidak akan diberkahi untuknya, dan ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang berada di atas lebih mulia dibanding tangan yang berada di bawah. Hakim melanjutkan kisahnya dengan berkata: "Kemudian aku berkata: Wahai Rasulullah, demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta harta seseorang sepeninggalmu hingga aku meninggal dunia." Muttafaqun 'alaih (ãÇ íóÒóÇáõ ÇáÑøóÌõáõ íóÓúÃóáõ ÇáäÇÓ ÍÊì íóÃúÊöíó íæã ÇáúÞöíóÇãóÉö áíÓ Ýí æóÌúåöåö ãõÒúÚóÉõ áóÍúãò). ãÊÝÞ Úáíå
"Tidaklah seseorang terus-menerus meminta kepada orang lain, hingga kelak akan datang pada hari qiyamat, dalam keadaan tidak sekerat dagingpun melekat di wajahnya. " Muttafaqun 'alaih() . - H.
(Çááåã ÈÇÑß áÃãÊí Ýí ÈßæÑåÇ) ÑæÇå ÃÈæ ÏÇæÏ æÇáÊÑãÐí æÇáäÓÇÆí æÇÈä ãÇÌÉ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí
"Ya Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka.". Riwayat Abu Dawud, At Tirmizy, An Nasai, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al Albani.
Sebagai penerapan langsung dari doanya ini, dahulu Rasulullah bila mengutus pasukan perang, beliau mengutusnya pada pagi hari, sehingga pasukan & dan peperangan tersebut menjadi pasukan dan peperangan yang diberkahi dan mendapatkan pertolongan serta kemenangan.
Contoh nyata kedua dari keberkahan waktu pagi ialah apa yang dilakukan oleh sahabat Shokher Al Ghomidy, beliau adalah sahabat yang meriwayatkan hadits ini dari Nabi . Beliau adalah seorang pedagang, setelah ia mendengarkan hadits ini dari Rasulullah iapun menerapkannya. Tidaklah ia mengirimkan barang dagangannya melainkan pada pagi hari, dan benar, keberkahan Allah dapat beliau peroleh, sehingga dinyatakan pada riwayat di atas, bahwa perniagaannyapun berhasil, hartanya melimpah ruah.
Berdasarkan hadits inipula sebagian ulama' menyatakan bahwa tidur pada pagi hari adalah makruh hukumnya.
Hadits di atas juga merupakan bukti nyata bahwa agam Islam tidak mengajarkan kepada umatnya untuk hidup bermalas-malasan, lemah semangat, dan rendah cita-cita. Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya untuk hidup produktif, bermanfat, baik untuk diri sendiri atau orang lain, dan berjiwa besar dengan mewujudkan cita-citanya walau setinggi langit.
(Úáì ßá ãÓáã ÕÏÞÉ. Þíá: ÃÑÃíÊ Åä áã íÌÏ¿ ÞÇá: íÚÊãá ÈíÏíå ÝíäÝÚ äÝÓå æíÊÕÏÞ. ÞÇá: Þíá: ÃÑÃíÊ Åä áã íÓÊØÚ¿ ÞÇá: íÚíä ÐÇ ÇáÍÇÌÉ ÇáãáåæÝ. ÞÇá: Þíá áå: ÃÑÃíÊ Åä áã íÓÊØÚ¿ ÞÇá: íÃãÑ ÈÇáãÚÑæÝ Ãæ ÇáÎíÑ. ÞÇá: ÃÑÃíÊ Åä áã íÝÚá¿ ÞÇá: íãÓß Úä ÇáÔÑ¡ ÝÅäåÇ ÕÏÞÉ). ÑæÇå ãÓáã
"Wajib atas setiap orang muslim untuk bersedekah. Dikatakan kepada beliau: Bagaimana bila ia tidak mampu? Beliau menjawab: Ia bekerja dengan kedua tangannya, sehingga ia menghasilkan kemanfaatan untuk dirinya sendiri dan juga bersedekah. Dikatakan lagi kepadanya: Bagaiman abila ia tidak mampu? Beliau menjawab: ia membantu orang yang benar-benar dalam kesusahan. Dikatakan lagi kepada beliau: Bagaimana bila ia tidak mampu? Beliau menjawab: Ia memerintahkan dengan yang ma'ruf atau kebaikan. Penanya kembali berkata: Bagaimana bila ia tidak (mampu) melakukannya? Beliau menjawab: Ia menahan diri dari perbuatan buruk, maka sesungguhnya itu adalah sedekah." RIwayat Muslim. (ÇáãÄãä ÇáÞæí ÎíÑ æÃÍÈ Åáí Çááå ãä ÇáãÄãä ÇáÖÚíÝ æÝí ßá ÎíÑ. ÇÍÑÕ Úáì ãÇ íäÝÚß æÇÓÊÚä ÈÇááå æáÇ ÊÚÌÒ¡ æÅä ÃÕÇÈß ÔíÁ ÝáÇ ÊÞá: áæ Ãäí ÝÚáÊ ßÐÇ æßÐÇ¡ áßÇä ßÐÇ æßÐÇ¡ æáßä Þá: ÞÏÑ Çááå æãÇ ÔÇÁ ÝÚá¡ ÝÅä áæ ÊÝÊÍ Úãá ÇáÔíØÇä) ÑæÇå ãÓáã
"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Senantiasa berusahalah untuk melakukan segala yang berguna bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau menjadi lemah. Dan bila engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau berkata: seandainya aku berbuat demikian, demikian, niscaya akan terjadi demikian dan demikian, akan tetapi katakanlah: Allah telah mentaqdirkan, dan apa yang Ia kehendakilah yang akan Ia lakukan, karena ucapan "seandainya" akan membukakan (pintu) godaan syetan." Muslim. - I.
Hendaknya seorang muslim senantiasa berimandan yakin bahwa rizqinya telah ditentukan dan ditaqdirkan oleh Allah Ta'ala. Setiap anak manusia yang terlahir ke dunia ini, terlahir dengan membawa takdir rizqinya masing-masing. Bahkan sejak pertama kali ruhnya ditiupkan ke dalam raganya, ketika ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya, Allah telah memerintahkan seorang mailakat untuk menuliskan rizqinya. Rasulullah bersabda :
(Åöäøó ÃóÍóÏóßõãú íõÌúãóÚõ ÎóáúÞõåõ Ýí ÈóØúäö Ãõãøöåö ÃóÑúÈóÚöíäó íóæúãðÇ Ëõãøó íóßõæäõ ÚóáóÞóÉð ãöËúáó Ðáß Ëõãøó íóßõæäõ ãõÖúÛóÉð ãöËúáó Ðáß Ëõãøó íóÈúÚóËõ Çááå ãóáóßðÇ ÝóíõÄúãóÑõ ÈöÃóÑúÈóÚö ßóáöãóÇÊò æóíõÞóÇáõ áå ÇßúÊõÈú Úóãóáóåõ æóÑöÒúÞóåõ æóÃóÌóáóåõ æóÔóÞöíøñ Ãæ ÓóÚöíÏñ Ëõãøó íõäúÝóÎõ Ýíå ÇáÑøõæÍõ) ãÊÝÞ Úáíå
"Sesungguhnya penciptaan salah seorang darimu disatukan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah/air mani), kemudian berubah menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian berubah menjadi sekerat daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk menuliskan empat hal, dikatakan kepada malaikat itu: tulislah amalannya, rizqinya, ajalnya, sengsara atau bahagia, kemudian ditiupkan ruh padanya." Muttafaqun 'alaih.Oleh karena itu tidaklah kita mati dan meninggalkan kehidupan dunia ini, melainkan setalah kita mengenyam seluruh rizqi kita.
áÇ ÊÓÊÈØÆæÇ ÇáÑÒÞ ¡ ÝÅäå áä íãæÊ ÇáÚÈÏ ÍÊì íÈáÛå ÂÎÑ ÑÒÞ åæ áå¡ ÝÃÌãáæÇ Ýí ÇáØáÈ: ÃÎÐ ÇáÍáÇá¡ æÊÑß ÇáÍÑÇã¡ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí
"Janganlah kamu merasa bahwa rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram." Riwayat Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishohihkan oleh Al Albani.
Bila kita telah memahami hal ini, niscaya kita tidak akan pernah ditimpa gundah atau tekanan batin karena memikirkan rizqi atau penghasilan. Kita akan bekerja mencari rizqi dengan tenang dan hati yang sejuk serta jauh dari rasa was-was.
Hal ini bukan berarti kita berpangku tangan dan bermalas-malasan, dengan alasan tawakkal dan menanti datangnya rizqi yang telah ditakdirkan. Akan tetapi kita tetap menjalankan usaha yang halal dengan sekuat tenaga dan daya yang kita miliki, adapun hasilnya maka kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Betapa indah permisalan yang diberikan oleh Rasulullah tentang seorang mukmin yang beriman dan bertawakkal kepada Allah, yang sedang bekerja sekuat tenaganya untuk mengais rizqinya:
(áæ Ãóäøóßõãú ÊóÊóæóßøóáõæäó Úáì Çááøóåö ÍóÞøó Êóæóßøõáöåö áóÑóÒóÞóßõãú ßãÇ íóÑúÒõÞõ ÇáØøóíúÑó ÊóÛúÏõæ ÎöãóÇÕÇð æóÊóÑõæÍõ ÈöØóÇäÇð) ÑæÇå ÃÍãÏ æÛíÑå
"Andaikata engkau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan melimpahkan rizqi-Nya kepadamu, sebagaimana Allah melimpahkan rizqi kepada burung, yang (setiap) pagi pergi dalam keadaan lapar dan pada sore hari pulang ke sarangnya dalam keadaan kenyang." Riwayat Ahmad, dan lain-lain. (ÇáúãõÄúãöäõ ÇáúÞóæöíøõ ÎóíúÑñ æóÃóÍóÈøõ Åáí Çááøóåö ãä ÇáúãõÄúãöäö ÇáÖøóÚöíÝö¡ æÝí ßõáøò ÎóíúÑñ. ÇÍúÑöÕú Úáì ãÇ íóäúÝóÚõßó¡ æóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááøóåö æáÇ ÊóÚúÌóÒú¡ æóÅöäú ÃóÕóÇÈóßó ÔóíúÁñ ÝáÇ ÊóÞõáú: áæ Ãóäøöí ÝóÚóáúÊõ¡ ßÇä ßóÐóÇ æóßóÐóÇ¡ æóáóßöäú Þõáú: ÞóÏóÑõ Çááøóåö æãÇ ÔóÇÁó ÝóÚóáóº ÝÅä áæ ÊóÝúÊóÍõ Úóãóáó ÇáÔøóíúØóÇä) ÑæÇå ãÓáã
"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibanding orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing dari mereka terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk mendapatkan segala yang berguna bagimu, dan senantiasa mohonlah pertolongan kepada Allah. Jangan sekali-kali engkau menjadi lemah, bila engkau ditimpa sesuatu (musibah atau kegagalan), maka jangnlah engkau berkata: andai aku berbuat demikian, niscaya akan terjadi demikian dan demikian. Akan tetapi, katakanlah: Alah telah menentukannya, dan apa yang telah Allah kehendaki,maka itulah yang Ia ciptakan (lakukan), karena ungkapan "andai..." membukakan pintu godaan syetan." Riwayat Muslim".Demikianlah seyognyanya seorang mukmin yang bertawakkal. Ia bekerja dengan sekuat tenaga dan kemampuan yang ia miliki dengan disertai keimanan yang teguh dan tawakkal yang bulat kepada Allah. Dengan cara inilah Allah Ta'ala akan melimpahkan rizqi dan keberkahan kepada kita, dan dengan cara inilah kita akan berhasil menggapai janji Allah:
æóãóä íóÊøóÞö Çááøóåó íóÌúÚóá áøóåõ ãóÎúÑóÌðÇ {2} æóíóÑúÒõÞúåõ ãöäú ÍóíúËõ áóÇ íóÍúÊóÓöÈõ æóãóä íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááøóåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ Åöäøó Çááøóåó ÈóÇáöÛõ ÃóãúÑöåö ÞóÏú ÌóÚóáó Çááøóåõ áößõáøö ÔóíúÁò ÞóÏúÑðÇ ÇáØáÇÞ 2-3
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan beginya jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah (berkuasa untuk) melaksanakan urusan yang dikehendakai-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap urusan." At Tholaq 2-3.
Masih banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan seorang muslim. Apa yang telah saya paparkan di atas hanyalah sebagai contoh. Semoga Allah Ta'ala senantiasa melimpahkan taufiq dan keberkahan-Nya kepada kita semua. Dan semoga pemaparan singkat ini dapat berguna bagi saya pribadi dan setiap orang yang mendengar atau membacanya. Tak lupa, bila pada pemaparan saya di atas ada kesalahan, maka itu adalah dari saya dan syetan, sehingga saya beristighfar kepada Allah, dan bila ada kebenaran, maka itu semua atas taufiq dan 'inayah-Nya. Wallahu a'alam bis showaab.
Best Regards
Wassalam
Dwi Hendro S
Wa'aiddu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar