Selasa, 21 September 2010

Rontoknya Jaringan Setan Layar Kaca

Berita & Investigasi Oleh : Redaksi 12 May, 05 - 2:00 am


Tayangan misteri yang syarat klenik pernah merajai jagad pertelevisian kita. Kebanyakan pemirsa ketakutan, sekaligus "ketagihan".

Film layar lebar "Jelangkung" yang dirilis awal tahun 2002 lalu memberi tanda bangkitnya tayangan horor nan mistis lewat media audio visual. Film yang semula oleh pembuatnya, Rizal Mantovani, dianggap "iseng" itu rupanya meraup sukses besar.

Sukses "Jelangkung" itu mengilhami beberapa pengelola televisi untuk memproduksi kisah-kisah mistik. Stasiun swasta tertua, RCTI, tak lama kemudian meluncurkan tayangan ''Kismis'' (Kisah-Kisah Misteri) dengan setting dan pemain yang dipermak semirip mungkin dengan wajah-wajah horor dan misterius.

Hanya beberapa episode saja tontonan itu langsung "mendapat tempat" dari pemirsanya. Bulu kuduk mereka dibuat berdiri karena cerita cerita-cerita yang menyeramkan. Kisah-kisah misteri itu dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang dekat dengan mereka.

Rating dan share acara "Kismis" itu pun melejit, melampaui program acara-acara favorit lainnya. Tak mau dikejar stasiun teve lain, dan demi menangguk untung gede, RCTI membuat tayangan misteri lain. Bayangkan, dengan tarif iklan dipatok sekira Rp 12 juta/spot/30 detik, pengelola teve bisa meraup pendapatan sedikitnya Rp 100 juta.

Maka kemudian muncullah "Tumis Ma'jum" (singkatan "Ratu Mistik Malam Jumat") dengan bintang seksi Sarah Azhari yang dikerubuti para lelaki kerdil. Format yang "nyeleneh" dengan bumbu kekocakan Jody "super bejo" ternyata tak mampu membuat pemirsa menyukai tayangan produksi Triwarsana yang ditayangkan Rabu malam ini.

Tak ingin ketinggalan meraup untung serta merespon "ketagihan" pemirsa, ANteve menggandeng Avant Garde menayangkan ''Percaya Nggak Percaya''. Hanya beberapa episode tayang, "Percaya Nggak Percaya" mencapai rating yang mengejar "Kismis". Programnya dikemas dengan reality show sehingga melibatkan emosi pemirsanya dengan menyaksikan kejadian-kejadian menyeramkan yang pernah terjadi.

Stasiun Trans TV juga seolah tak mau ditinggalkan penggemarnya. Trans menangkap sinyalemen bahwa tontonan model reality show bisa menyedot penonton, sehingga setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu malam menayangkan ''Dunia Lain'', yakni sebuah program bernuansa mistik yang mengajak orang lain untuk masuk ke alam lain.

imageDalam segmen uji nyali "Dunia Lain", beberapa peserta ditawari untuk membuktikan ada pengaruh makhluk halus di suatu tempat keramat. "Respon masyarakat sangat bagus, karena kita kan pelopor untuk program seperti itu (reality show mistik--red). Sampai sekarang masih bertahan," jelas Ichwan Murni, Koordinator Media Realitions Trans TV.

Reality show yang disiarkan secara live kemudian menjadi trend. TPI yang sebelumnya telah menayangkan ''TV Misteri'', tak ketinggalan meramaikan tayangan yang mengumbar rasa merinding dan takut, menyeramkan, serta jeritan histeris pemirsa. Dengan kemasan mirik "Percaya Nggak Percaya", TPI menawarkan ''Alam Gaib'' disusul "Gentayangan" yang mirip "Dunia Lain".

Dengan sasaran yang sangat dibidik "virus setan" menyebar dengan cepat ke masyarakat urban maupun pelosok. Stasiun SCTV mengemas tayangan misterinya melalui program ''Gala Misteri'', "Di sini Ada Setan" yang juga tak kalah ruginya dengan siaran mistik di stasiun teve lainnya.

Pemain baru televisi nasional seperti Lativi apalagi tak mau pelanggannya direbut stasiun lain gara-gara tayangan misteri. Maka, Lativi pun menyajikan serial misteri, baik produksi impor seperti dari Thailand, maupun produksi sendiri. Sedangkan sajian reality show yang kemudian boleh dibilang merebut hati pemirsa teve lain adalah "Pemburu Hantu".

"Pemburu hantu hadir tak lebih untuk membantu pemirsa dalam memberikan solusi terhadap gangguan tertentu", begitu Raldy Doy, Manager Public Relations Lativi menjawab alasan munculnya tayangan ini.

Meski agak malu-malu TV 7 dan Metro TV yang punya brand sebagai stasiun tevenya kalangan intelek, tetap menyuguhkan tayangan-tayangan misteri melalui film impor maupun buatan sendiri. "Ekspedisi Alam Ghaib" yang ditayangkan TV 7 sempat menjadi mendapat tempat di benak pemirsanya.

Komplit sudah bombardir mistik menerabas rumah-rumah warga melalui layar kaca. Programnya menjadi booming dan nyaris tak dapat dikendalikan. Karena untungnya besar, acara tersebut benar-benar menjadi andalan bagi pengelola teve. Lucunya, meski ketakutan, sebagian penonton tetap ketagihan menyaksikan tayangan-tayangan itu.

Setahun, dua tahun, hingga masuk tahun ketiga ini tayangan misteri masih saja laku. Namun, tampaknya ada tanda mulai bosannya pemirsa terhadap program yang menawarkan mereka untuk berteriak histeris dan ketakutan itu. "Meski kami punya stok banyak, tayangan semacam itu langsung dihapus," kata Humas RCTI Teguh Juwarno, pertengahan tahun lalu.

Kini, tak sedikit tayangan mistik tak lagi muncul di beberapa stasiun televisi. Ada yang kontraknya habis, ada pula karena pengelola teve telah melihat pergeseran pemirsanya terhadap acara-acara yang muncul belakangan ini. Kalau toh masih ada stok dan tidak benar-benar dilirik pemirsanya, acara tersebut ditayangkan bukan pada saat prime time (pukul 19.00-21.00).

Rupanya pemirsa teve sekarang sedang haus dengan siraman ruhani melalui tayangan hiburan seperti sinetron dan film. Survei media yang rutin dilakukan lembaga riset AC Nielsen Indonesia, akhir bulan lalu membuka mata pengelola teve. Kisah-kisah relijius yang penuh hikmah dan diangkat melalui sinetron menjadi tambatan hati mereka.

Rahasia Ilahi yang diangkat TPI sejak 24 Februari lalu langsung merontokkan tayangan misteri lain. Jelas tak mau "kue iklan" jatuh pada TPI, stasiun lain pun buru-buru memproduksi tayangan sejenis. Setan-setan kini sedang menghadapi sekarat menghadapi serangan orang-orang shalih. Tinggal menunggu waktu rontoknya jaringan setan.

Kini, cepat atau lambatnya jaringan setan itu akan rontok tergantung kemauan pemirsa.Jika mereka tak melirik tayangan mistik yang mengandung virus "TBC" (takhayul, bid'ah dan khurafat), pengelola televisi pun tak sudi menayangkannya. (Jumari dan Misroji/Saksi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar